Rabu, 07 Desember 2011

KEMISKINAN




KEMISKINAN

Gagalnya pembangunan menunjukkan bahwa kebijakan yang diambil oleh pemerintah tidak mampu menyelesaikan berbagai macam persoalan di negeri ini. Kebijakan pengentasan kemiskinan yang digelontorkan pemerintah seringkali tidak tepat sasaran sehingga tidak bisa benar- benar dinikmati oleh masyarakat miskin.
Kemiskinan adalah suatu fenomena yang terjadi di masyarakat sehingga suatu masalah sosial banyak dijumpai dalam kehidupan sehari- hari. Tidak hanya di desa- desa,bahkan di kota- kota pun banyak kita jumpai tanda- tanda kemiskinan. Di balik kemegahan gedung pencakar langit, sering kita jumpai rumah- rumah kumuh berderet di bantaran sungai, atau para pengemis di perempatan jalan.
Menurut Kartasasmita, kemiskinan merupakan masalah dalam pembangunan yang ditandai dengan pengangguran dan keterbelakangan, yang kemudian meningkat menjadi ketimpangan. Hal tersebut senada dengan yang dikatakan Friedman yang mengatakan bahwa kemiskinan sebagai akibat dari ketidaksamaan kesempatan untuk mengakumulasi basis kekuatan sosial. Namun, menurut Brendley kemiskinan adalah ketidaksanggupan untuk mendapatkan barang- barang dan pelayanan- pelayanan yang memadai untuk memenuhi kebutuhan sosial yang terbatas. Hal ini diperkuat oleh Salim yang mengatakan bahwa kemiskinan biasanya dilukiskan sebagai kurangnya pendapatan untuk memperoleh kebutuhan hidup yang pokok (Ninik Sudarwati, 2009: 22-23).
Secara sosio- ekonomi, Baswir dan Sunyoto Usman membagi bentuk kemiskinan menjadi 3, yaitu:
a.       Kemiskinan absolut
Adalah suatu kemiskinan dimana orang- orang miskin memiliki tingkatan di bawah garis kemiskinan, atau jumlah pendapatannya tidak cukup untuk memnuhi kebutuhan hidup minimum. Kebutuhan antara lain diukur dengan kebutuhan pangan, sandang, kesehatan, perumahan, pendidikan,kalori, GNP perkapita, pengeluaran konsumsi, dan lain- lain (Ninik Sudarwati, 2009: 24).
b.      Kemiskinan relatif
Adalah kemiskinan yang dilihat berdasarkan perbandingan antara suatu tingkat pendapatan dengan tingkat pendapatan lainnya. Contohnya: seorang yang tergolong kaya pada masyarakat desa tertentu bisa jadi yang termiskin pada masyarakat desa yang lain (Ibid, hal 25).
c.       Kemiskinan subjektif
Kemiskinan dalam konsep ini, kemiskinan berdasarkan perasaan kelompok miskin itu sendiri, pada konsep ini tidak mengenal a fixed yardstick yang ada pada kemiskinan absolut, dan tidak memperhitungkan the idea of relative standard pada konsep kemiskinan relatif. Keompok yang menurut ukuran kita berada di bawah garis kemiskinan, boleh jadi tidak menganggap dirinya sendiri miskin, dan begitu pula sebaliknya (Sunyoto Usman, 1998:125-127).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar