Minggu, 23 Juni 2013

agama dan kebudayaan



BAB I
PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang Masalah
Agama dan kebudayaan adalah dua hal yang sangat berbeda. Agama selalu dikatakan bersumber dari Tuhan Yang Maha Esa, Penguasa Alam Semesta beserta segala isinya, sedangkan kebudayaan adalah produk manusia. Penggabungan kata agama dan kebudayaan, akan melahirkan agama kebudayaan dan kebudayaan agama. Keduanya sangat berbeda.
Agama kebudayaan adalah kepercayaan tentang Tuhan yang berasal dari kebudayaan. Timbulnya kepercayaan ini, karena manusia dihadapkan kepada misteri tentang kehidupannya di muka bumi ini. Manusia merasakan ada sesuatu yang mengatur dunia ini. Contoh seperti ini adalah aliran kepercayaan dengan berbagai istilah dan aliran seperti dinamisme, animisme.
Sedangkan kebudayaan agama justru sebaliknya. Kebudayaan agama bersumber dari agama yang kemudian melahirkan kebudayaan-kebudayaan, baik dalam tataran ide maupun material dan perilaku. Dalam konsep ini, manusia tidak perlu lagi mencari Tuhan, manusia harus menerima adanya Tuhan. Contoh kebudayaan agama ini adalah munculnya rumah-rumah ibadah, cara hidup bagi yang beragama Islam disebut islami, bagi yang beragama Kristen disebut kristiani dan seterusnya.

B.       Rumusan Masalah
1.      Apa pengertian dan klasifikasi secara umum dari agama ?
2.      Apa pengertian kebudayaan ?
3.      Bagaimana hubungan antara agama dengan kebudayaan ?

C.      Tujuan
1.      Untuk mengatahui pengertian dan klasifikasi secara umum dari agama.
2.      Untuk mengetahui pengertian kebudayaan.
3.      Untuk mengetahui hubungan antara agama dengan kebudayaan.
BAB II
PEMBAHASAN

1.        Pengertian Agama
Kata agama berasal dari bahasa Sansekerta dari kata”a” berarti tidak dan “gama” berarti kacau. Kedua kata itu jika dihubungkan berarti sesuatu yang tidak kacau. Agama itu timbul sebagai jawaban manusia atas penampakan realitas tertinggi secara misterius yang menakutkan tapi sekaligus mempesonakan  Dalam pertemuan itu manusia tidak berdiam diri, ia harus atau terdesak secara batiniah untuk merespons.
Agama menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah sistem atau prinsip kepercayaan kepada Tuhan, atau juga disebut dengan nama Dewa atau nama lainnya dengan ajaran kebhaktian dan kewajiban-kewajiban yang bertalian dengan kepercayaan tersebut.
Untuk mencari dan mengetahui pengertian agama yang sesungguhnya dan dapat diterima oleh semua pihak atau penganut agama yang berbeda keyakinan sulit sekali ditemukan, karena setiap penganut agama tersebut akan memberikan pengertian sesuai dengan sudut pandang dari aspek mana yang dianggap urgen. Dengan demikian untuk mencari kesamaan dalam mendefinisikan agama merupakan suatu yang tidak mungkin ditemukan.
Sementara itu mantan Menteri Agama di era 70-an, Mukti Ali beranggapan bahwa yang paling sulit memberikan pengertian adalah tentang agama. Pernyataannya tersebut didasari pada tiga alasan yakni: pertama, pengalaman agama adalah soal batin, subyektif, dan sangat individual sifatnya. Kedua, setiap pembahasan tentang arti agama selalu ada emosi yang melekat erat, sehingga kata agama itu sulit didefinisikan. Ketiga, konsep tentang agama dipengaruhi oleh tujuan dari orang yang memberikan definisi tersebut.
Sementara itu, Mircea Eliade seperti yang dikemukakan K.Bertens dalam salah satu tulisannya di Ulumul Qur’an mengatakan bahwa agama adalah dealektika (hubungan timbal balik) antara yang sacral dan yang profane. Sedangkan Harun Nasution memberikan definisi tentang agama ialah ikatan-ikatan yang harus dipegang dan dipatuhi manusia. Ikatan tersebut mempunyai pengaruh yang besar sekali dalam kehidupan manusia sehari-hari.
Secara terminologi dalam ensiklopedi Nasional Indonesia, agama diartikan aturan atau tata cara hidup manusia dengan hubungannya dengan tuhan dan sesamanya.  Dalam al-Qur’an agama sering disebut dengan istilah ad-din. Istilah ini merupakan istilah bawaan dari ajaran Islam sehingga mempunyai kandungan makna yang bersifat umum dan universal. Artinya konsep yang ada pada istilah din seharusnya mencakup makna-makna yang ada pada istilah agama dan religi.
Pada umumnya agama diklasifikasikan menjadi dua kelompok, yaitu agama wahyu (revealed religion) dan agama non wahyu (nonrevealed religion).
1.      Agama Wahyu
Adalah agama yang diturunkan Allah dari langit melalui malaikat Jibril kepada para nabi dan rasul Allah untuk disampaikan kepada umatnya. Oleh karena itu, agama wahyu disebut juga dengan agama langit, agama samawi, agama profetis, din-as samawi, revealed religion. Yang termasuk dalam kelompok agama wahyu adalah sebagai berikut : Pertama, Agama Islam dengan kitab sucinya Alquran yang diturunkan Allah kepada Nabi Muhammad SAW, melalui malaikat Jibril, untuk seluruh manusia dan alam semesta. Kedua, Agama Kristen (nasrani) dengan kitab sucinya “Injil” diturunkan Allah kepada Isa AS, melalui malaikat Jibril kepada Kaum Bani Israil.  Ketiga, Agama Yahudi, dengan kitab sucinya “Taurat” diturunkan kepada nabi Musa AS, melalui malaikat Jibril untuk kaum Bani Israil.

2.      Agama Non Wahyu
Adalah agama yang lahir berdasarkan pemikiran atau kebudayaan manusia. Pada awalnya menurut historis, agama non wahyu diciptakan oleh filosuf-filosuf masyarakat sebagai ahli pikir, atau oleh pemimpin-pemimpin dari masyarakat atau oleh penganjur dan penyiar masyarakat itu. Agama non wahyu mengalami perubahan-perubahan sesuai dengan perkembangan pemikiran atau budaya masyarakat itu (animism, dinamisme, politeisme, monoteisme). Oleh karena itu agama non wahyu dinamakan juga agama budaya, agama bumi, agama filsafat, natural religion, nonrevealed religion. Yang termasuk agama non wahyu yaitu Zoroasterianisme, Konfusionisme, Thaoisme, Shintoisme, Budhisme.

2.        Pengertian Kebudayaan
Untuk menghindari terjadinya pemahaman yang berbeda, maka dalam uraian ini akan dijelaskan terlebih dahulu tentang pengertian kebudayaan dalam pembahasan berikut. Kebudayaan yang merupakan cetak biru bagi kehidupan atau pedoman bagi kehidupan masyarakat, adalah perangkat-perangkat acuan yang berlaku umum dan menyeluruh dalam menghadapi lingkungan untuk pemenuhan kebutuhan-kebutuhan warga masyarakat pendukung kebudayaan tersebut. Dalam kebudayaan terdapat perangkat-perangkat dan keyakinan-keyakinan yang dimiliki oleh pendukung kebudayaan tersebut. Perangkat-perangkat pengetahuan itu sendiri membentuk sebuah sistem yang terdiri atas satuan-satuan yang berbeda-beda secara bertingkat-tingkat yang fungsional hubungannya satu sama lainnya secara keseluruhan (parsudi Suparlan, 1995: 4).
Disini terlihat bahwa kebudayaan dalam suatu masyarakat merupakan sistem nilai tertentu yang dijasikan nilai hidup oleh warga yang mendukung kebudayaan tersebut. Karena dijadikan kerangka acuan dalam bertindak dan bertingkah laku maka kebudayaan cenderung menjadi tradisi dalam suatu masyarakat. Tradisi adalah sesuatu yang sulit berubah, karena sudah menyatu dalam kehidupan masyarakat penduduknya. Bahkan menurut Prof. Dr. Kasmiran Wuryo, tradisi masyarakat merupakan bentuk norma yang terbentuk dari bawah, sehingga sulit untuk diketahui sumber asalnya (Wuryo, 1982: 38). Oleh karena itu, tampaknya tradisi sudah terbentuk sebagai norma yang dibakukan dalam kehidupan masyarakat.
Kata kebudayaan dalam bahasa Indonesia, berasal dari bahasa Sansekerta buddhayah, kata ini bentuk jamak dari buddhi yang berarti “budi” atau “akal”. Maka dengan demikian kebudayaan dapat diartikan “hal-hal yang bersangkutan dengan akal”. Maka kebudayaan adalah segala hasil dari cipta, karsa dan rasa (Koentjaraningrat, 19: 80).
Beberapa pengertian kebudayaan menurut para ahli antara lain sebagai berikut. Budaya menurut E.B. Tylor, kebudayaan adalah keseluruhan kompleks yang meliputi pengetahuan, kepercayaan, seni, moral, hukum, tata cara dan kemampuan apa saja lainnya, kebiasaan yang diperoleh manusia sebagai anggota masyarakat.
Leslie White, kebudayaan adalah suatu kumpulan gejala-gejala yang terorganisasi yang terdiri dari tindakan-tindakan (pola-pola perilaku), benda-benda (alat-alat; atau benda-benda yang dibuat dengan alat), ide-ide (kepercayaan dan pengetahuan) dan perasaan-perasaan (sikap, ‘nilai-nilai’ yang semuanya tergantung pada penggunaan simbol-simbol (Lawang, 1985: 109-110).
Kemudian ada lagi yang mendefisikan kebudayaan adalah suatu yang lahir karena adanya pergaulan manusia. Ia merupakan suatu kumpulan yang termasuk di dalamnya adat istiadat, ilmu pengetahuan, kepercayaan, kesenian, akhlak, hukum dan tiap-tiap kesanggupan serta kelakuan manusia yang dijelmakan oleh manusia sebagai anggota dalam suatu pergaulan masyarakat. Dalam pengertian ini kebudayaan termasuk way of life dan way of thinking manusia.
Secara sederhana, kebudayaan merupakan hasil cipta (serta akal budi) manusia untuk memperbaiki, mempermudah, serta meningkatkan kualitas hidup dan kehidupannya. Atau, kebudayaan adalah keseluruhan kemampuan (pikiran, kata, dan tindakan) manusia yang digunakan untuk memahami serta berinteraksi dengan lingkungan dan sesuai sikonnya. Kebudayaan berkembang sesuai atau karena adanya adaptasi dengan lingkungan hidup dan kehidupan serta sikon manusia berada.

3.        Agama dan Kebudayaan
Di dalam berbagai literatur yang membicarakan kebudayaan, hampir selalu kita dapatkan bahwa agama merupakan salah satu cabang (bagian, elemen, unsur) daripada kebudayaan, jadi : kebudayaan mencakup agama.
Menurut Mac Iver dalam bukunya yang berjudul Modern State tentang “Civilization and Culture” ; kultur menyatakan dirinya dalam seni, dalam sastra, dalam agama dan dalam moral. Jadi menurutnya bahwa religion adalah merupakan bagian daripada culture.
Seperti halnya kebudayaan, agama sangat menekankan makna dan signifikasi sebuah tindakan. Karena itu sesungguhnya terdapat hubungan yang sangat erat antara kebudayaan dan agama. Bahkan sulit dipahami kalau perkembangan sebuah kebudayaan dilepaskan dari pengaruh agama. Sesunguhnya tidak ada satupun kebudayaan yang seluruhnya didasarkan pada agama. Untuk sebagian kebudayaan juga terus ditantang oleh ilmu pengetahuan, moralitas secular, serta pemikiran kritis.
Meskipun tidak dapat disamakan, agama dan kebudayaan dapat saling mempengaruhi. Agama mempengaruhi sistem kepercayaan serta praktik-praktik kehidupan. Sebaliknya kebudayaan pun dapat mempengaruhi agama, khususnya dalam hal bagaimana agama di interprestasikan/ bagaimana ritual-ritualnya harus dipraktikkan. Tidak ada agama yang bebas budaya. Dalam masyarakat Indonesia saling mempengarui antara agama dan kebudayaan sangat terasa. Praktik inkulturasi dalam upacara keagamaan hampir umum ditemukan dalam semua agama.
Budaya yang digerakkan agama timbul dari proses interaksi manusia dengan kitab yang diyakini sebagai hasil daya kreatif pemeluk suatu agama tapi dikondisikan oleh konteks hidup pelakunya, yaitu faktor geografis, budaya dan beberapa kondisi yang objektif. Budaya agama tersebut akan terus tumbuh dan berkembang sejalan dengan perkembangan kesejarahan dalam kondisi objektif dari kehidupan penganutnya.
Faktor kondisi yang objektif menyebabkan terjadinya budaya agama yang berbeda-beda walaupun agama yang mengilhaminya adalah sama. Oleh karena itu agama Kristen yang tumbuh di Sumatera Utara di Tanah Batak dengan yang di Maluku tidak begitu sama sebab masing-masing mempunyai cara-cara pengungkapannya yang berbeda-beda. Ada juga nuansa yang membedakan Islam yang tumbuh dalam masyarakat dimana pengaruh Hinduisme adalah kuat dengan yang tidak. Demikian juga ada perbedaan antara Hinduisme di Bali dengan Hinduisme di India, Buddhaisme di Thailand dengan yang ada di Indonesia.
Jadi budaya juga mempengaruhi agama (Andito,ed,1998:282). Hubungan kebudayaan dan agama tidak saling merusak, keduanya justru saling mendukung dan mempengruhi. Ada paradigma yang mengatakan bahwa ”Manusia yang beragma pasti berbudaya tetapi manusia yang berbudaya belum tentu beragama”. Jadi agama dan kebudayaan sebenarnya tidak pernah bertentangan karena kebudayaan bukanlah sesuatu yang mati, tapi berkembang terus mengikuti perkembangan jaman. Demikian pula agama, selalu bisa berkembang di berbagai kebudayaan dan peradaban dunia.
Tapi hal pokok bagi semua agama adalah bahwa agama berfungsi sebagai alat pengatur dan sekaligus membudayakannya dalam arti mengungkapkan apa yang ia percaya dalam bentuk-bentuk budaya yaitu dalam bentuk etis, seni bangunan, struktur masyarakat, adat istiadat dan lain-lain. Jadi ada pluraisme budaya berdasarkan kriteria agama. Hal ini terjadi karena manusia sebagai homoreligiosus merupakan insan yang berbudidaya dan dapat berkreasi dalam kebebasan menciptakan barbagai objek realitas dan tata nilai baru berdasarkan inspirasi agama.

4.        Penerapan Hubungan agama dan kebudayaan dalam kehidupan sehari-hari
Dalam kehidupan sehari-hari dapat diambil beberapa contoh hubungan agama dan kebudayaan.
Pertama, ketika seseorang berpindah agama cara berfikir dan cara hidupnya dapat berubah secara signifikan. dapat dilihat seseorang yang beragama Kristen pindah menjadi agama islam maka pandangan hidupnya akan berubah pula, missal: cara pandang mareka dalam berpakaian ketika mereka beragama Kristen cara berpakain mereka kurang menutup aurat tetapi ketika mereka telah beragam islam cara berpakaian mereka menutup aurat.
Kedua, ketika ibadah hari raya idul fitri, hari raya ini dalam praktiknya tidak lagi menjadi perayaan “khas” penganut agama islam tetapi sudah lebih merupakan tradisi bagi segenap masyarakat Indonesia. Saling maaf memaafkan yang dulu tidak pernah terjadi di negeri-negeri timur tengah tetapi masyarakat Indonesia justru di jadikan momemtum untuk membangun kembali tali persaudaraan seta kesetiakawanan lintas etnoreligius.



             
















BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
  Secara terminologi dalam ensiklopedi Nasional Indonesia, agama diartikan aturan atau tata cara hidup manusia dengan hubungannya dengan tuhan dan sesamanya. Pada umumnya agama diklasifikasikan menjadi dua kelompok, yaitu agama wahyu (revealed religion) dan agama non wahyu (nonrevealed religion).
            Secara sederhana, kebudayaan merupakan hasil cipta (serta akal budi) manusia untuk memperbaiki, mempermudah, serta meningkatkan kualitas hidup dan kehidupannya. Atau, kebudayaan adalah keseluruhan kemampuan (pikiran, kata, dan tindakan) manusia yang digunakan untuk memahami serta berinteraksi dengan lingkungan dan sesuai sikonnya. Kebudayaan berkembang sesuai atau karena adanya adaptasi dengan lingkungan hidup dan kehidupan serta sikon manusia berada
Meskipun tidak dapat disamakan, agama dan kebudayaan dapat saling mempengaruhi. Dalam masyarakat Indonesia saling mempengarui antara agama dan kebudayaan sangat terasa. Praktik inkulturasi dalam upacara keagamaan hampir umum ditemukan dalam semua agama.












DAFTAR PUSTAKA

Endang, Saifuddin Anshari. 1980. Agama dan Kebudayaan. Surabaya: PT. Bina Ilmu.
Rusdi, Muchtar. 2009. Harmonisasi Agama dan Budaya Indonesia. Jakarta: Balai Penelitian dan Pengembangan Agama Jakarta.

1 komentar:

  1. "ketika mereka beragama Kristen cara berpakaian mereka kurang menutup aura, tetapi setelah mereka beragama islam pakaian mereka menutup aurat." Agak tersinggung sih sama kalimat itu, pasalnya "ngga semua" orang Kristen berpakaian kyrang menutup aurat dan "ngga semua" orang Islam berpakaian menutup aurat. Tapi di kalimat itu seakan-akan "semua" yg beragama Kristen cara berpakaiannya tidak menutup aurat dan "semua" Muslim cara berpakaiannya menutup aurat.

    BalasHapus